Senin, 17 Agustus 2015

BIMTEK K-13 di MAN TRENGGALEK



Kegiatan Bimtek Kurikulum 2013 Madrasah Aliyah Negeri Trenggalek yang dilaksanakan mulai tgl 14 Agustus 2015 sampai dengan 17 Agustus 2015 merupakan wahana bagi guru-guru Madrasah Aliyah Negeri Trenggalek beserta anggota KKMnya untuk meng-update informasi dan keilmuannya, sehingga tidak kalah dengan peserta didik. Kegiatan bimtek ini dibuka oleh bapak Kepala Kantor Kementerian Agama kab. Trenggalek di Aula Madrasah Aliyah Negeri Trenggalek dengan diikuti oleh kurang lebih 90 peserta yang terdiri dari bapak dan ibu guru Madrasah Aliyah Negeri Trenggalek beserta anggota KKMnya.

Ada 4 materi pokok dalam bimtek K-13 ini yaitu: analisis (SKL, KI, dan KD), Pembelajaran Berbasis Sainstifik, Penilaian Auntentik, dan membuat Media Pembelajaran. Sedangkan nara sumber berasal dari Widyaiswara pada Balai Diklat Keagamaan Surabaya (Dra. Hj. MAMIK SYAFA’AH, M.Pd.I.) dan Widyaiswara pada Balai Diklat Keagamaan Semarang (Dra. Hj. Siti Rokhanah, M.Ag.)
Kurikulum 2013, meskipun lahirnya ditandai dengan gonjang ganjing dan carut marutnya pelaksanaan pembelajaran K-13 yang terjadi setelah diangkatnya menteri baru, yang sempat mengambil keputusan untuk menghentikan Kurikulum 2013 berdasarkan fakta-fakta bahwa sebagian besar sekolah belum siap melaksanakan karena beberapa hal, antara lain masalah kesiapan buku, sistem penilaian, penataran guru, pendampingan guru, dan pelatihan Kepala Sekolah. Namun hal ini tidak berlaku di Kementerian Agama, Kurikulum 2013 tetap disiapkan dan diimplementasikan di madrasah- madrasah. "Patut disyukuri bahwa Kementerian Agama masih melaksanakan Kurikulum 2013 meskipun pemerintah memutuskan menghentikan Kurikulum 2013 dan menyatakan kembali kepada Kurikulum 2006 (KTSP). 
Dengan adanya Bimtek K-13 ini diharapkan Guru mampu menguasai dua hal untuk membawa peserta didik menjadi generasi yang betul-betul bisa menyangga dan mewarnai bangsa, yaitu penguasaan metodologi dan materi. Metodologi untuk penyampaian materi kepada peserta didik harus diimbangi dengan metodologi yang disenangi oleh peserta didik. Misalnya IT, peserta didik sangat menyenangi metodologi tersebut. Dengan demikian, Guru dituntut untuk melek IT. Di samping itu, Guru harus menguasai materi yang ada. Anak didik sekarang cukup kritis, sebab mereka sudah banyak membaca, mendengarkan, dan sebagainya. "Dua hal yang harus dikuasai Guru, Pertama, metodologi yang baik untuk mendidik anak didik, Kedua, penguasaan materi secara lebih mendalam. Ini untuk membawa generasi emas ini menjadi generasi yang betul-betul bisa menyangga dan mewarnai bangsa ini, sehingga menjadi baldatun thoyyibatun wa robbun ghafur.