Secara general,
manusia memang sering merasa kalau yang diperbuatnya bukan tergolong kejahatan
baik kepada sesama maupun makhluk hidup lainnya. Manusia mudah tergelincir
dalam praktik otoritarian yang diproduknya sendiri. Arogansi kejahatan manusia
inilah yang membuat berlakunya “ayat-ayat” Tuhan, apa yang dicapai oleh manusia
yang kelihatannya punya daya imunitas tinggi dengan mudah
diporak-porandakanNya. .
Dalam suatu Hadis, Nabi Muhammad saw memperingatkan “meratanya azab (musibah, bencana) adalah sesuai dengan meratanya kejahatan yang diperbuat manusia”. Peringatan ini mempertegas kedudukan “menabur angin menuai badai”. Jika gampang membebaskan tangan menabur kekejian baik terhadap sesama manusia maupun makhluk hidup lainnya, maka pastilah menuai dampak destruktifnya.
Dalam suatu Hadis, Nabi Muhammad saw memperingatkan “meratanya azab (musibah, bencana) adalah sesuai dengan meratanya kejahatan yang diperbuat manusia”. Peringatan ini mempertegas kedudukan “menabur angin menuai badai”. Jika gampang membebaskan tangan menabur kekejian baik terhadap sesama manusia maupun makhluk hidup lainnya, maka pastilah menuai dampak destruktifnya.
Manusia sangatlah potensial dihancurkan oleh perbuatannya sendiri. Tuhan hanya memberi jalan atas opsi sesat dan jahatnya. Manusia sudah diberi kemerdekaan untuk menjatuhkan pilihan, mau mengikuti dan memperbudak ambisi-ambisinya di jalur penghancuran ataukah mau di jalur pemanfaatan berbasis “humanisasi dan spiritualisasi”.
Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara ini, setiap manusia yang perbuatannya bercorak menabur kebaikan, tentulah aspek-aspek strategis yang berhubungan dengan aktifitasnya akan mendapatkan keuntungan. Jika itu berkaitan dengan perlakuan jujur dan egaliter dalam menerapkan hukum misalnya, maka perlakuan demikian jelas akan menguntungkan para pencari keadilan. Mereka akan merasa mendapatkan pengayoman hak-haknya ketika penerima amanat ini berjalan di jalan lurus.
Sebaliknya ketika manusia gagal mendidik dirinya dari perbuatan-perbuatan buruk, gampang tergiur melakukan kezaliman, kebiadaban, dan bahkan kebinatangan dalam kehidupannnya, pastilah berbagai bentuk perbuatan buruk ini akan mendatangkan bencana dalam kehidupannya. Bencana ini merupakan akibat serius yang terpaksa harus dibayar atas utang-utang dalam bentuk kejahatan yang sedang atau sudah dilakukan. Dan jika manusia tetap merasa bahwa kejahatannya selama ini diangga bukan kriminalitas, maka bukan tidak mungkin bencana yang berpola akan memusnahkan kehidupan dan peradabannya.
Begitupun ketika perilaku kebaikan itu ditujukan untuk melindungi diri dari tangan-tangan jahatnya sendiri, kelompok atau sindikasinya, maka bukan hanya jauh dari bencana dalam kehidupannya tetapi lebih dari itu insya Alloh rizqi yang melimpah akan diberikan kepada kita. Amiien.