Sabtu, 14 Maret 2015

PENTINGNYA PEMIMPIN JUJUR



Tidaklah salah anggapan orang bahwa politik adalah kotor. Ketika seorang yang dalam tampilannya polos dan jujur demi kepentingan politik harus rela mengorbankan kejujuran.
Tidak ada manusia yang sempurna. Pemimpin itu harus jujur dan apa adanya. Seorang pemimpin akan lebih dihargai dengan segala kelebihan dan kelemahannya.

Dengan berusaha menyembunyikan kelemahan tersebut akan menjadi pemimpin berbuat tidak jujur dan berkata bohong pada rakyatnya. Jujur justru akan membuat pemimpin menjadi lebih hebat. Dalam hal kecil saja sudah mulai tidak jujur, bagaimana dengan masalah yang besar. Nantinya bohong adalah hal yang halal dan biasa bagi pemimpin dalam meningkatkan citra dan pencitraannya. Bohong dan kepura-puraan adalah awal dari berbagai tindakan buruk lannya. Sikap kesederhanaan bila diiringi dengan kebohongan akan menimbulkan pencitraan dan kemunafikan.
Pemimpin tidak perlu berbohong dan dipoles dengan pencitraan hanya karena ingin dianggap sebagai manusia sempurna. Kejujuran adalah dasar yang sangat penting untuk segala sukses. Tanpa kejujuran, tak akan ada keyakinan dan kemampuan untuk bertindak.
Nabi Saw bersabda: "Maka sesungguhnya jujur adalah ketenangan dan bohong adalah keraguan. (HR. Tirmidzi).
Bertindak jujur memang tidaklah mudah. Apalagi ketika ketamakan duniawi, yang meliputi gengsi, posisi, dan upeti, sudah merasuki diri. Orang seperti ini akan menghalalkan segala cara, termasuk berdusta, demi tercapainya hasrat dan keinginan nafsunya. Demi untuk mendapatkan dunia, orang rela menukar-balikkan fakta. Menukar kebenaran dengan kebohongan, begitu juga sebaliknya.  
Terkadang kejujuran bisa menyakiti, tetapi percayalah masalah apapun akan cepat terselesaikan jika pemimpin berlaku jujur. Untuk apa gengsi jika hanya menyiksa diri sendiri. Hidup adanya jauh lebih baik daripada memakai topeng kepalsuan. Kejujuran memang bisa sangat menyakitkan. Tetapi itu lebih baik daripada berbahagia karena kebohongan. Kejujuran bukanlah barang murah, hargailah kejujuran setiap orang; meskipun kecil dan sederhana.
Karena pentingnya nilai sebuah kejujuran ini, maka Imam Ibnul Qayyim berkata, “Iman asasnya adalah kejujuran dan nifaq asasnya adalah kedustaan.” Hal ini sesuai dengan sebuah hadits Nabi, di mana para sahabat pernah bertanya: "Ya Rasulullah, 'Apakah ada orang beriman yang pendusta?' Beliau menjawab, 'Tidak.’ (HR. Malik).
Dan hadits Nabi yang lain yang menyatakan bahwa dusta merupakan tanda dari kemunafikan. Rasulullah bersabda, “Tanda-tanda orang munafik ada tiga perkara, yaitu apabila berbicara dia dusta, apabila berjanji dia memungkiri dan apabila diberi amanah dia mengkhianati.” (HR. Bukhari).