Oleh: MK Arqom.
Sampai
saat ini, kondisi sebagian besar masyarakat kita dalam memandang keberadaan
madrasah sepertinya masih ‘jauh di mata sekaligus jauh di hati’. Masyarakat kita
masih belum mau membukakan matanya untuk menoleh sebentar ke madrasah, hati
meraka pun belum merasa terpanggil untuk membenahi madrasah. Mengapa?
Rendahnya
mutu pendidikan madrasah, tidak lepas dari rendahnya SDM yang dimiliki madrasah
itu sendiri. Hasil temuan tim Asian Development Bank (Hafiz Abbas, 2000),
menyebutkan bahwa banyak siswa-siswi madrasah berasal dari keluarga petani dan keluarga berstatus ekonomi rendah. Mereka masuk madrasah karena tidak diterima di sekolah umum akibat Nilai rendah. Siswa madrasah dalam beberapa kasus, memiliki sifat yang bisa dikategorikan memberi andil benang kusut pendidikan madrasah. Motivasi rendah, sikap pasif dalam belajar serta kurangnya kesadaran pada pendidikan yang berorientasi ke masa depan merupakan kendala yang dihadapi dunia pendidikan madarasah.
menyebutkan bahwa banyak siswa-siswi madrasah berasal dari keluarga petani dan keluarga berstatus ekonomi rendah. Mereka masuk madrasah karena tidak diterima di sekolah umum akibat Nilai rendah. Siswa madrasah dalam beberapa kasus, memiliki sifat yang bisa dikategorikan memberi andil benang kusut pendidikan madrasah. Motivasi rendah, sikap pasif dalam belajar serta kurangnya kesadaran pada pendidikan yang berorientasi ke masa depan merupakan kendala yang dihadapi dunia pendidikan madarasah.
Sementara,
minimnya sarana dan prasarana penunjang pendidikan seperti ruang belajar,
perpustakaan dan laboratorium yang ditunjang dengan rendahnya kualifikasi guru
dan kepala madrasah, merupakan faktor lain penyebab rendahnya prestasi
madrasah. Padahal, rendahnya mutu pendidikan madrasah sedikit-banyak memiliki
andil bagi rendahnya mutu pendidikan nasional.
Terhadap
semua persoalan di atas, madrasah harus segera berbenah diri agar mampu
memenuhi tuntutan perkembangan pendidikan yang harus selalu seiring dengan
perkembangan zaman dimana madrasah harus mampu mempersiapkan anak didik menjadi
masyarakat yang tangguh ilmunya dan tangguh imannya.
Sekjen
Kemenag Nur Syam meminta Direktorat Pendidikan Madrasah (Ditpenma) untuk
cerdas dan fokus dalam menentukan program prioritas. Menurutnya,
menentukan program mana yang harus didahulukan dan mana yang diakhirkan
merupakan langkah penting.
Sehubungan
itu, Nur Syam mengingatkan bahwa program prioritas Ditpenma adalah peningkatan
mutu madrasah. Karenanya, semua program harus diarahkan pada peningkatan
kualitas madrasah.
“Program
prioritas di madrasah salah satunya adalah peningkatan mutu. Ini harus menjadi
prioritas. Jadi, semua program harus diarahkan pada peningkatan mutu dan
kualitas madrasah,” tegas Nur Syam dalam sambutannya pada Rapat Kerja
Ditpenma, Surabaya, (23/04) malam.
Usaha
meningkatkan mutu madrasah, tidak lepas dari kelengkapan sarana dan prasarana
penunjang KBM seperti: ruang belajar yang nyaman, ruang ketrampilan dan alat
peraga, ruang laboratorium beserta peralatannya dan ruang perpustakaan dengan
buku-buku yang lengkap. Ruang belajar yang sempit dan pengap akan menjadikan
proses belajar mengajar menjadi tidak nyaman. Guru menjadi tidak betah tinggal
di kelas sehingga lebih sering ‘nongkrong’ di ruang guru. Siswa menjadi semakin
ramai dan lebih suka duduk-duduk di depan kelas karena ditinggal oleh gurunya.
Dalam
konteks ini, madrasah tidak bisa hanya berpangku tangan menanti datangnya
bantuan. Madrasah harus mampu berupaya memenuhi kebutuhan pendidikan saat ini
dengan mengupayakan sarana dan prasarana pendidikan dengan baik. Dengan adanya
sarana dan prasarana yang baik diharapkan kinerja guru juga akan semakin baik
yang pada akhirnya tentu akan berimplikasi pada mutu dan kualitas madrasah.