Selasa, 14 Oktober 2014

PUNGLI TIDAK AKAN PERNAH HALAL

Pungli pastilah tidak akan pernah halal. Tidak ada derajat kehalalan pungli. Pungli, apa pun alasannya, tetap haram.


KETIKA korupsi kian mengganas di negeri ini, institusi pendidikan semestinya menjadi benteng tangguh agar praktik lancung itu tidak semakin berurat berakar. Ironisnya, para pengelola pendidikan justru larut, bahkan akrab, dengan perilaku-perilaku koruptif.
Berbagai modus korupsi sering dilakukakan dalam dunia pendidikan. Dengan berdalih untuk keperluan A, keperluan B, keperluan PQR.... diperlukan iuran dari guru-guru. Lebih celaka lagi hal demikian juga sering kali dilakukan terhadap siswa dengan berbagai macam dalih dan kepentingan. Semuanya dibungkus dengan dalih demi kepentingan siswa.

Fakta menunjukkan, ketika celah ditutup rapat, para pelancung tak pernah kehabisan akal bulus untuk melakukan penyelewengan, “apalagi tatkala peluang dibuka lebar”.
Apa pun alasannya, pungli tidak dapat dibenarkan. Secara hukum, pungli adalah korupsi. Walaupun kalau dilihat dari segi jumlah, nilainya pastilah kecil. Tetapi pungli tetaplah salah satu bentuk korupsi, yang tidak jarang dikategorikan terjadi karena keterdesakan kebutuhan (corruption by need). 
Secara konsep, pungli sering diperlawankan dengan korupsi dalam jumlah besar, yang terjadi karena keserakahan (corruption by greed). Tetapi apa pun kategorisasinya, pungli tetaplah korupsi. Dan, korupsi dalam bentuk apa pun tidak boleh ditoleransi. Dalam bentuk anak yang sedang sakit, dalam bentuk kebutuhan biaya sekolah, atau dalam bentuk apa pun, tetap tidak menyebabkan pungli menjadi halal. Tidak ada derajat kehalalan pungli.
Pungli yang tiada henti dilakukan pengelola pendidikan bukanlah persoalan ecek-ecek. Ibarat ladang, sekolah semestinya menjadi tempat penyemaian bibit-bibit unggul yang mesti dipelihara, dirawat, dan ditaburi pupuk yang baik untuk menghasilkan generasi cerdas dan bermoral jempol. Bukan sebaliknya, bibit itu malah diberi racun yang bisa mematikan integritas.
Generasi yang baik hanya bisa dicetak dengan cara yang baik. Generasi seperti itulah yang sangat dibutuhkan ketika dari hari ke hari kita disuguhi tontonan memuakkan oleh para elite politik dan penyelenggara negara. Mereka hanya mendewakan kepentingan pribadi dan kelompok. Mereka menempatkan jabatan terhormat untuk menggarong uang rakyat.
Hanya pendidikan yang steril dari segala bentuk penyimpangan yang bisa melahirkan generasi emas, generasi yang bisa melambungkan nama besar Republik ini di masa depan.